Sekitar pukul 01.00 dini hari, Rabu 9 Agustus 2017, kami semua bersiap untuk
summit. Its time for summit attack !
Sinar lampu senter dan headlamp memenuhi langit malam itu.
Awal trek menuju summit, menurut saya sudah sulit. Benar-benar nanjak dan tanah
berpasir. Saya sempat jatuh kebawah saat menanjak. Saat sampai diatas, ternyata
trek masih panjaangg.
Beruntungnya saat kami summit, tidak ada badai angin
kencang. Katanya, biasanya saat summit ke puncak anjani angin sangat kencang, bahkan kabut pun
ikut menyertai perjalanan summit. Di tengah perjalanan saya berbarengan dengan
hafid. Hafid jari kakinya berdarah. Tapi saya terus mencoba memotivasinya agar
terus melanjutkan summit. Saya pun mengikuti tempo jalan hafid karena kakinya
sakit dan mungkin tubuh nya yang sudah lelah dari perjalanan kemarin jadi
banyak melakukan istirahat. Hafid selalu mengatakan sudah tidak kuat untuk
meneruskan perjalanan tapi saya memaksa agar terus sampai puncak. Setelah
melewati trek yang berkelok, selajutnya adalah trek yang terus menanjak yang jalanannya tidak terlalu lebar ditambah jalan
bercampur bebatuan dan berpasir. Kanan kiri jurang. Matahari muncul dari timur sebelum saya sampai puncak. Indah sekaaliiiii.
photo by sandrooon
photo by sandrooon
photo by christianharel
photo by christianharel
photo by vinnyndya
photo by vinnyndya
Saya jadi berbarengan
dengan vinny. Harel dan hamid jalan mendahului. Tata katanya dia tidak ingin
sampai puncak. Saya, hafid, vinny terus berjalan. Dibawah saya umi dan sandro,
fibril dan brilly paling bawah tidak kelihatan. Vinny yang memang kondisinya
sedang tidak fit, ditambah jari kakinya yang katanya bengkak sudah berkali-kali
mencoba menyerah. Hafid juga. Saya mencoba terus memaksa mereka dan mengatakan
pasti bisa. Puncak sudah terlihat. Tapi sungguh itu masih benar-benar jauh.
Kami pun berjalan sedikit demi sedikit. Berkali-kali hafid mengatakan ini
benar-benar titik terlemah dia menjadi manusia. Akhirnya vinny menyerah. Saya
terus memaksa nya dan menunggu sekalian hafid juga istirahat. Vinny bilang dia
sudah tidak kuat dan ingin sampai disitu saja. Ada sekitar 30menit saya
membujuknya tapi tidak berhasil, lalu menyuruh saya dan hafid untuk terus
lanjut. Akhirnya saya pun lanjut, dan bilang akan menunggunya diatas. Setelah
saya dan hafid pergi, vinny cerita kalau dia nangis, dan berpikir coba kalau
terus ikut saya. Tapi saya sudah senang ketika vinny bilang dia mencoba terus
berjalan dari batu besar tempat dia istirahat.
Hafid terus mencoba melanjutkan walau baru beberapa langkah
langsung istirahat. Saya mengikuti temponya. Lalu saat terus berjalan, saya
tidak menyadari hafid sudah kira-kira 5 meter dibawah saya sedang terlentang.
saya memanggilnya dan dia masih menjawab. Saya pun duduk sekalian istirahat.
Setelah cukup lama, saya panggil hafid. Tidak ada jawaban. Lalu ada pendaki
lain yang mengatakan hafid tidur dan sepertinya sudah tidak sanggup lagi.
Akhirnya saya memutuskan melanjutkan perjalanan dan berpikir mungkin hafid
benar-benar sudah tidak sanggup lagi. Saya pikir puncak sedikit lagi. Ternyata
puncak terasa masih jauh. Panas matahari yang menyengat membuat saya lebih
lelah. Saya benar-benar lemes dan berasa
mau mati. Saat itu saya teringat omongan saya ke vinny yang mengatakan puncak
dikit lagi. Ternyata gue salah vin.
photo by christianharel
photo by vinnyndya
photo by vinnyndya
Edelweis !
photo by vinnyndya
Setelah melawan ego, kemampuan, dan emosi yang ada,
AKHIRNYA SAYA SAMPAI PUNCAKKK !!!
Disana sudah ada kevin, harel, hamid. Saya langsung nangis.
Nangis sangat kejer. Sampai di video oleh hamid dan pendaki lain. Jadi malu
kalau ingat saya nangis kejer waktu itu.
Saya benar-benar tidak menyangka, saya mampu sampai puncak. Yah bayangin
aja saya bukan manusia yang biasa mendaki banyak gunung. Naik tanggga lantai 3
gedung C aja udah ngosngosan apalagi lantai 4 asrama beuhh. Rinjani gunung
kedua yang saya daki sampai puncak setelah mahameru. Saat nanjak mahameru saya
dibantu teman. Jadi saat itu saya benar-benar terharu bisa sampai puncak
anjani.
Summit attack memang penuh dengan drama !!
Dari atas puncak terlihat seluruh danau segara anak. Indah
sekali.
Matahari sudah bersinar terik saat kami semua turun. Saya
berjalan cepat campur lari dan paling depan. Kevin dan harel berlari menyusul dan
mendahului saya. Kaki udah lemes banget tapi saya paksa agar cepat sampai.
Matahari benar-benar diatas kepala. Persediaan air sudah habis. Saya merasa
dehidrasi. Saat hampir sampai, hamid mendahului saya. Disekitar situ hanya ada
saya dan hamid. Lalu ada dua jalan. Keatas dan kebawah. Saya mengikuti jejak
hamid yang kebawah. Dan itu salah. Kami tersesat. Kami malah melalui jalur yang
kebawah dan kami benar-benar sudah sampai bawah hampir mendekati jurang. Saya
sudah lelah, kaki udah bener-bener capek, ditambah dehidrasi karena saat menuju
puncak kami hanya membawa air sedikit. Mau tidak mau saya dan hamid harus
kembali ke atas yang trek nya berpasir. Ya Allah......
Hamid jalan duluan karena saya lama dan saat itu saya udah ga
kuat lagi. Lemes banget. Setelah mendaki lagi dan hamid menemukan jalan keatas.
Beruntungnya kami bertemu sandro dan umi. Saya masih dibawah. Nangis. Udah
lemes banget soalnya. Saya udah keleyengan. Saat bertemu umi, dia malah
tertawa. Katanya di gigi saya banyak pasir wkwkwk. Sandro lelaki yang baik hati
saat itu. Dia langsung berlari kebawah dan kembali lagi bawa air minum. Sandrooo
ailopyuuuuuu hahahahhaha. Dibelakang ada hafid yang ternyata dia melalui jalur
yang saya tersesat. Beruntungnya kami masih disitu dan langsung menyuruh hafid
keatas. FYI, di gunung rinjani jarang
sekali sign bahkan saya tidak melihat sign sama sekali. Nah di rinjani ini
banyak jalur, pun saat summit. Akhirnya saya sampai ke tenda dengan selamat.
Komentar
Posting Komentar